Senin, 16 Mei 2011

"coretan langkah"

Dewi berdiri mematung di halte bus itu, sesekali menyeka air hujan yang menetes dari langit-langit halte yang mengenai wajahnya, Sudah hampir satu jam Dewi berdiri di halte itu tapi bis kopaja yang di tunggunya belum juga muncul. Tidak terasa memang  waktu sudah menunjukan adzan magrib. Sembari menunggu bus tiba, Dewi memutuskan untuk menunaikan sholat magrib di sekitar halte bis. Dimanapun berada Dewi selalu ingat akan yang di atas dan selalu menunaikan ibadahnya.di luar masjid tampak seorang nenek tua yang terlihat lusuh dan dingin kehujanan. Sedikit demi sedikit Dewi merapatkan langkah mendekati nenek itu. Ia mengeluarkan uangnya demi nenek itu, nenek itu hanya berkata,”terima kasih nak!ternyata masih saja ada anak yang peduli dengan saya, semoga kamu menjadi anak yang sholeh dan pintar yaa!”. “Terima kasih nek!”,sahut Dewi.
Setelah sholat magrib Dewi segera menuju helte,tak lama kemudian bis yang ditunggu Dewipun tiba. Bis itu tampak penuh sesak. Mungkin karena jamnya pulang kantor.tak hanya penumpang Dewi melihat sesosok anak kecil yang duduk di dekat pintu merintih kedinginan. Deiw tak tega melihatnya. Tapi kemudian anak itu kembali berdiri dan memainkan gitar kecilnya yang tua . semua orang di bis sangat tidak menghiraukan anak itu. Tapi tetap saja, anak itu memainkan gitarnya sambil menyanyi dengan suara menggigil . ingin sekali rasanya Dewi memberikan sesuatu kepada anak kecil itu. Dewipun mengambil dompetnya, setelah di buka hanyaada uang receh untuk membayar ongkos bis.karena dia begitu tak tega ia kembali mengambil sesuatu dari isi tasnya. Ia mendapatkan sesuatu, sebuah roti cokelat yang sudah pejet oleh isi tas. “tapi tak apalah”,sahutnya dalam hati.meskipun Dewi sangat lapar tapi ia merelakan rotinya untuk anak kecil tersebut. Diapun mendekati anak kecil itu.
”Dek  sendirian?”
”yua” jawabnya cuek bahkan tak melirik sedikitpun.
”tinggalnya di mana?”
”di sana jauh” dengan acuh akhirnya dia mengalihkan pandangan nya ke arah Dewi. Dewi menatap wajah itu bibirnya tampak pucat, karena rambut dan bajunya yang sedikit basah. Dewi mengambil sapu tangan kecil dari dalam tas nya.
”dek rambutnya keringin tuh” Dewi menyerahkan sebuah sapu tangan tapi anak itu hanya menggelang tanda penolakan. Akhirnya Dewi pun memasukkan kembali sapu tangannya
.
“kamu lapar?”,tanya Dewi sambil menyodorkan roti cokelat itu.
Anak itu langsung menyambar roti cokelat tanpa berbicara apapun.
Dia terlihat sangat lapar.Dewi hanya tersenyum melihatnya. Tak beberapa lama,roti itu langsung habis. Anak itu hanya berkata,”terima kasih!”,terlihat gigi ompongnya yang tersenyum bahagia, tak lama kemudian anak itu turun dari bis dengan senyumannya.

Dewi kembali berdiri di dalam bis, hatinya tampak lega setelah bertemu anak itu.
Akhirnya Dewi sampai di depan gang rumahnya. Gang dengan lebar satu meter dan pemukiman yang cukup padat belum lagi suara kereta api yang terdengar sangat keras , itulah rumah Dewi .ia tinggal bersama keempat adiknya dan kedua orang tuanya. Ia hidup sangat sederhana.ayahnya adalah seorang pedagang di pasar tanah abang dan ibunya membuka warung makan sederhan di depan gang. Karena Dewi yang paling tua ia tidak mau menyusahkan kedua orangtuanya . sepulang sekolah ia bekerja di sebuah toko obat cina. Dia sangat berkeinginan menjadi dokter karena dia sangat senang menolong sesama tak hanya manusia ia sangat penyayang dia mempunyai seekor kucing yang di beri nama Lolo.ia tidak merasa capai meskipun sepulang sekolah ia harus bekerja. Di sela-sela istirahat bekerja dia sesekali mengerjakan pr. Di toko itu ia banyak belajar tentang berbagai obat cina.karena kerajinan dan keramahan di toko itu,cici dan koko pemilik tokoh suka memberi uang lebih kepadanya.setelah bekerja ia kembali pulang.

Selain ia bercita-cita ingin menjadi dokter ia juga sangat berkeinginan membawa kedua orang tuanya pergi haji. Selain itu, ia sangat ingin menjadi dokter yang luar biasa yang bisa dikenal di seluruh dunia dan bisa bersalamn dengan presiden. tak henti-hentinya ia berkhayal. Di kamarnya terdapat alat stetoskop dan alat dokter lainnya meskipun hanya mainan.

Bebrapa hari kemudian, setelah pulang bekerja ia sangat terkejut melihat bendera kuning di depan gang.Dewi segera berjalan mengahampiri rumahnya yang terlihat banyak orang di sekitar rumahnya. Ia kembali meneruskan langkahnya sembari sedikit berlari karena rasa penasaran . setelah sampai rumahnya ia sangat terkejut melihat jasad bapanya yang tergolek kaku. Kematianya memnag sangat mendadak akibat serangan jantung yang menyerang tubuhnya.ibu dan keempat adikku hanya lemas sembari sesekali meneteskan air mata.Dewi tak kuasa menahan air matanya tapi ia berusaha tegar menghadapi kenyataan.

Tak terasa 6 bulan suadah kepergian bapa, Dewipun segera menghadapi ujian karena ia sekarang telah duduk di kelas tiga smu.di dalam hatinya hasrat untuk menjadi dokter sangat besar, beberapa kali ia membicarakan tetntang keinginannya untuk melanjutkan ke fakultas kedokteran kepada ibunya. Tapi ibu hanya bilang,”sekrang kan kamu tahu kondisi kita kaya apa.ibu sangat ingin membiayaimu sampai sarajan tapi kalo soal kedokterankan biayanya sanagt mahal!kasihan adik-adikmu.”

Dewi hanya menghela nafas tapi ia berpikir bagaimana cara dia agar bisa masuk fakults yang diidamkannya . Dewi memang anak yang pintar dia selalu juara satu di kelasnya tak hanya itu ia selalu mengikuti beberapa lomba biologi dan dia selalu berhasil mendapat juara.

Beberapa program beasiswa ia ikuti tetapi selalu gagal tapi ia tidak pernahmenyerah hingga akhirnya ia mendapatkan beasisiwa dari sebuah perusahaan . cita-citanya pun berhasil.

Setelah 5 tahun ia kuliah dan berhasil lulus dengan hasil lulusan terbaik. Ia tidak malu meskipun ia hanya anak seorang warung nasi yang penghasilannya hanya seberapa.

Karena keuletannya ia behasil menjadi dokter terkenal hingga seluruh penjuru dunia dengan itulah ia dapat bersalaman denag presiden dan juga dapat membawa ibunya pergi ke tanah suci dengan hasil keringatnya sendiri. Tapi meskipun dia sudah menjadi dokter terkenal tapi Dewi tetap rendah hati dan tidak sombong. 

-------------------the end-------------------------
akhirnya cerpen kedua beres juga, maaf ya kalo ada salah kata dan rada ga nyambung tapi mudah-mudahan dapat terinspirasi hhehehehehehehe...........

Minggu, 15 Mei 2011

untitle... hehehehe

          Dewi berdiri mematung di halte bus itu, sesekali menyeka air hujan yang menetes dari langit-langit halte yang mengenai wajahnya, Sudah hampir satu jam Dewi berdiri di halte itu tapi bis kopaja yang di tunggunya belum juga muncul. Tidak terasa memang  waktu sudah menunjukan adzan magrib. Sembari menunggu bus tiba, Dewi memutuskan untuk menunaikan sholat magrib di sekitar halte bis. Dimanapun berada Dewi selalu ingat akan yang di atas dan selalu menunaikan ibadahnya.di luar masjid tampak seorang nenek tua yang terlihat lusuh dan dingin kehujanan. Sedikit demi sedikit Dewi merapatkan langkah mendekati nenek itu. Ia mengeluarkan uangnya demi nenek itu, nenek itu hanya berkata,”terima kasih nak!ternyata masih saja ada anak yang peduli dengan saya, semoga kamu menjadi anak yang sholeh dan pintar yaa!”. “Terima kasih nek!!”,sahut Dewi. 

TO BE CONTINUE YEEEEE.......

Kamis, 05 Mei 2011

wahahahahahahaha

akhirnya aku punya blog juga,sebenarnya udh dari dulu tapi lupa namanya hehehe. aduh masih kosong pisan
baru sih! hhehe